Selasa, 28 Februari 2017

Liburan ke Bangkok 4D3N Part 3

Hari ketiga, seperti biasa saya pergi pagi2 untuk mencari sarapan. Tujuan hari ini yaitu pergi ke Chinatown yang letaknya dijalan yaowarat. Kami pergi naik grab dengan tujuan ke Wat Traimit yang merupakan salah satu kuil yang letaknya berada di dekat Chinatown.


Kuil ini terkenal akan patung Buddhanya yang terbuat dari emas, sering disebut Golden Buddha. Masuk ke kuil ini membayar 40bath, tetapi untuk melihat-lihat sejarahnya dilantai 2 membayar 100 bath.


Setelah selesai berdoa dan melihat-lihat, kami jalan kaki ke chinatown untuk menuju ke Chao Pharaya express boat. Digoogle dihitung dekat, cuman 7 menit jalan kaki, ternyata jauh juga hahaha. Tapi entah kenapa tidak terasa capek, mungkin karena banyak hal-hal unik yang banyak disepanjang jalan. Dari toko emas yang menggantungkan banyak sekali kalung emas, hingga makanan yang banyak dijajahkan sepanjang jalan. Akhirnya sampai juga di pelabuhan kecilnya hahaha, disini kamera saya mendadak mati :'(. Tujuan saya menaiki kapal ini untuk pergi ke Grand Palace. Saya menaiki kapal yang mempunyai bendera berwarna orange dengan harga jauh dekat 15bath, kalau mau naik kapal wisata harganya 40bath, tapi menurut saya sama aja yang penting sampai hahaha, cuman kapal yang oranye sering penuh dengan orang. Untuk informasi lebih lanjut mengenai chao pharaya express boat bisa melihat diwebsite mereka




Saya turun di pelabuhan Tha Chang dengan nomor N9. Tha Chang lebih dekat ke Grand Palace sedangkan Tha Tien dengan nomor N8 lebih dekat ke Wat Pho. Jalan kaki dari Tha Chang dekat ke Grand Palace ada banyak petunjuk arah disekitar sana, dan jangan sembarangan tanya dengan orang disana yah, karena banyak yang menjajahkan tour, kecuali emang mau pergi naik tour.

Lukisan raja terdahulu di jalan menuju Grand Palace

Masuk ke Grand Palace memang mahal, satu orang kena 500bath atau sekitar 200rban. Tapi namanya juga sekali-kali kenapa gak masuk yah, pengalaman sekali seumur hidup hahaha.

Sitiket mahal
Walaupun mahal, tapi bisa kebanyak tempat. Nah disini saya gak sempet ketempat di tiket pink karena buru-buru mau ketempat lain dan waktunya tidak sempat, sedih :'(. Saya hanya ke Grand Palace, museum pakaian sang ratu yang bagus banget tapi tak bisa foto :'(. Tapi saya tidak menyesal, lebih baik saya kesini dibandingkan ke duf** yang bikin spotjantung terus hahaha.


Saya suka sekali dengan arsitekturnya dan motif-motif ukirannya. Benar-benar bagus dan gak henti-hentinya saya melongo hahaha. Tips kalau kesini bawa topi seperti saya walaupun akhirnya gak kepake karena jidat saya makin panas dan rambut saya jadi kaya keramas hahaha, sediakan air minum atau botol kosong karena disana ada tempat untuk mendapatkan minum gratis, bawa alat bantu untuk memfoto, jangan pakai sendal, jangan pakai celana pendek atau pakaian yang terbuka karena nanti harus sewa kain yang diharuskan bayar, lebih baik disiapkan terlebih dahulu daripada harus membawa uang lebih. Bawa Tongsis atau Tripod buat foto, biarin dikata noraklah daripada gak foto bersama hahaha.

Setelah dari Grand Palace kami menuju Wat Pho yang katanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Tips saya jangan jalan kaki kalau sedang terik yah, jauh banget dah suer. Bela-belain ke Wat Pho karena ingin melihat patung Buddha tidur dan ingin mencoba air minum yang diberikan, karena kata tetangga yang sudah pergi airnya enak banget. Berjuang kesana demi air doang. Pas sudah sampe udah gempor semua dan akhirnya tujuannya cuman ingin ke patung Buddha tidur dan mencari air hahaha, padahal tempatnya sangat luas jadi rada sayag sih belum kesemua tempatnya :(. Masuk ke wat pho membayar 100bath.


Airnya benar2 enak, pertama kali teguk kaya air kelapa gitu hahaha. Setelah menikmati air tersebut kami keluar untuk mencari Grab ke khaosan road. Berkali-kali pesan tidak dapat terus, akhirnya coba tanya tuk2 berapa, harganya 400bath no discount. OMG, akhirnya naik taxi dengan harga 200bath. Padahal kalau naik grab cuman 100bath kalau tidak salah. Tiba di Khaosan Road, kami cuman jalan terus dari ujung keujung dan membeli pad thai, mungkin karena masih jam 5-6an jadi belum ramai. Akhirnya kami pulang naik Grab ke hotel, akhirnya dapat orang Grab yang bisa bahasa inggris, yuhuuu. Dan dia cerita memang gak ada yang mau ngambil kalau didaerah wat pho dan sekitarnya karena macet sangat wkwkwkwk, memang sih pas pergi ke Khaosan Road memang rada macet, tapi yah kalah lah sama Ibukota kita tercintah hahaha. Jadi menurut mereka macet menurut kita mah itu masih jalan wkwkwkwk.

Setelah sampai hotel, kami berencana untuk makan direstoran steak yang ada didekat hotel, restoran itu selalu ramai. Dan benar saja ramai sekali, jadinya kami beli makanan di street food dan makan dihotel. Hari ketiga selesai, walau jalan begitu jauh tapi gak pegel sama sekali hahaha.


Perkiraan harga perorang (kurs Rp. 383):
- Grab hotel ke Wat Traimit : Rp. 12.000,-
- Sarapan di Chinatown : Rp. 25.000,-
- Minum : Rp 12.000,-
- Tiket ke Wat Traimit : Rp. 15.320,- (40bath)
- Tiket kapal ke Grand Palace: Rp. 5.745,- (15bath)
- Tiket ke Grand Palace: Rp. 191.500,- (500bath)
- Tiket ke Wat Pho: Rp 38.300,- (100bath)
- Taxi ke khaosan road: Rp. 19.150,- (200bath)
- Makan di Khaosan road: Rp. 38.300,-
- Grab dari Khaosan Road ke hotel: Rp. 11.585,-
- Makan Malam:  Rp. 57.450,-
Total: Rp. 426.350,-

Hari keempat disambung disini saja yah soalnya cuman pergi ke satu tempat. Saya hari keempat puas-puasin ke Chatuchak Weekend Market atau JJ Market. Dari hotel saya naik BTS karena lebih cepat sampai dan turun di BTS Mo Chit.  Sebenarnya ada sedikit insiden waktu naik BTS ke Mo Chit entah kenapa ternyata saya salah beli, padahal seingat saya, saya sudah benar pilih BTSnya ke Mo Chit dan memasukan uang yang sesuai. Gak ngertilah pokoknya kenapa yang pasti mereka anggap uang saya kurang, untung gak ribet permasalahinnya, tinggal kasih uang yang kurang kepetugas dan mereka tukarkan kartunya, untung gak ribet. Jadi saya agak lupa harga BTS yang sebenarnya untuk ke Mo Chit tapi sekitaran segitu deh. Jalan jam 8 pagi, sebenarnya belum pada buka, tapi ada yang tulis jalan-jalan aja dulu liat-liat. JJ Market buka jam 9 pagi, tapi pas saya masih ngiter2 jam 12siang masih banyak yang baru buka. 

Tadinya saya mau bawa koper trus langsung pergi kebandara, untung saya urungkan niat saya. Memang bisa sih bawa koper kesitu, tapi kalau makin siang makin ramai pengunjung dan ramai penjual, jalanannya jadi semakin kecil. Ada yang menyarankan menitipkan koper di terminal bus Mo Chit, ingat Terminal bus Mo Chit dan BTS Mo Chit itu berbeda. Jarak dari Chatucak ke terminal bus Mo Chit lumayan jauh, sekitar 2KM. Jadi kalau mau bawa koper di Chatucak sebaiknya jangan dilakukan, kecuali kopernya yang ukuran kecil (dibawah 20inch). 

Tips kalau belanja di Chatucak, tawar saja dengan senyum hahaha tapi turunnya juga gak bisa jauh2, disana ada beberapa tempat boleh nyobain kok, tanya aja terlebih dahulu sebelum menawar. Pembelian diatas 2 baju lebih murah dan bila kita pembeli pertama biasanya kalau beli 1 aja dia kasih diskon, karena mereka punya kepercayaan kalau pelanggan pertama itu bawa hokilah hahaha, tapi tergantung penjual juga wkwkkw. Saya ketemu satu tempat didalam-dalam begitu soalnya hahaha. Lalu sampai jam 1 siang ngiter2 itu pun masih belum ketemu beberapa yang ingin saya cari, saya harus berberat hati pulang kehotel untuk packing dan mengejar pesawat. Saya pulang dari Chatucak naik BTS dan ke bandara naik Taxi karena gak dapet2 Grab terus. Hingga akhirnya sampai Jekartha jam 11 malam dan susah cari Grab hahahaha. Terima kasih sudah membaca blog saya, semoga kalian menikmati liburan kalian dan saya juga bisa pergi lagi ke Bangkok AMINNNN! :)

Perkiraan harga perorang (kurs Rp. 383):
- BTS ke Mo Chit: Rp. 11.873,- (31bath)
- Makan: Rp 60,000
- Oleh-oleh: Rp300.000,-
- BTS ke Victori Monument: Rp 11.873,- (31bath)
- Taxi ke Bandara Don Muang: Rp 19.000,-
Total : Rp. 402.746,-

Silahkan klik disini untuk melihat Part 1 dan Part 2

Kamis, 23 Februari 2017

Liburan ke bangkok 4D3N Part 2

Hari kedua saya merencanakan untuk pergi ke pratunam pagi-pagi untuk mencari makanan untuk sarapan. Bangun jam 6 pagi dan langsung berangkat jam 7.30 pagi. Di Internet di tulis kalau pratunam bukanya 24 jam, tetapi pas saya dateng belom buka atau saya datangnya dibagian pratunam yang tutup hahaha. Soalnya pratunam lumayan besar dan bikin pusing. Perjalanan ke pratunam kami naik Grab. Bukannya gak mau naik uber, tapi trauma dulu naik uber di jakarta kurang begitu baik jadi kami memilih naik grab.  Enaknya naik uber disini adalah mobilnya bukan avanza dan xenia seperti di Indonesia hahaha. Mobilnya banyakan kecil atau sedan, karena saya memilih grabcar economy. Kalau 4 orang pas, tapi kalau 5 orang harus pesan pilihan yang lain. Bedanya di thailand dan di Indonesia grab carnya ada 2 pilihan kalau di Thailand sedangkan di Indonesia hanya ada satu.


Setelah berkeliling keliling hingga jam 9 pagi, baru mulai banyak yang buka dan ditempat lain malah tutup hahaha, jadi seperti gantian. Pas baru buka, benar-benar seperti tanah abang, rame sekali, banyak orang memikul karung. Masih mending yah di Indonesia kalau lewat kita ngerti omongannya, nah ini kita gak tau juga dia ngomong apa hahaha. Pratunam sering menjadi tempat untuk para penjual membeli barang, harganya saya akui murah-murah tapi ada beberapa barang yang kualitasnya sepertinya kurang. Jadi harus lihai-lihai kalau berbelanja di pratunam.  






Sebelum berangkat ke thailand saya ada belajar beberapa bahasa thailand dan akhirnya saya tidak pakai hahaha, sekali kita ngomong dikit mereka bakalan jawab sesuatu yang kita gak ngerti hahaha. Jadi, pakai bahasa inggris aja yah. Kalau bahasa inggrisnya kurang bisa dan ingin menawar, bawa kalkulator, banyak turis dari china yang seperti itu saya lihat.

Tempat menjual baju ukuran XXXXL


Setelah berbelanja, saya ke platinum mall untuk sarapan. Foodcourt disini sangat rapi, saya lupa foto tapi ada beberapa tempat menjual makanan halal, jadi buat teman-teman yang muslim mungkin bisa menjadi salah satu referensi untuk mencari tempat makan. Suasana di Thailand menurut saya seperti di Indonesia, cuman disana lebih bersih. Susah banget saya cari tempat sampah. Yang membuat dithailand beda dengan di Indonesia adalah, mereka tidak menyebrang sembarangan di jalanan. Semua menyebrang menggunakan jembatan penyebrangan atau zebracross yang ada, saluttt. Mereka bila ingin naik kendaraan umum tidak disembarangan tempat, ada tempat pemberhentian yang disediakan, salutt 2 kali.


Setelah puas belanja dan sarapan saya berangkat ke Jim Thompson, tempat ini merupakan museum dari koleksi-koleksi barang antik Jim Thompson yang merupakan orang Amerika tetapi cinta mati dengan Thailand. Barang-barangnya uni-unik dan menurut saya menarik, nanti didalam museumnya kita tidak diperbolehkan untuk menggambil foto. Ketika masuk kedalam museum kita akan didampingin oleh tour leadernya, bahasanya bisa pilih ada inggris, mandarin, dan sebagainya. Tidak ada bahasa Indonesia disana. Waktu itu saya bawa orang tua dan sepertinya orang tua saya tidak begitu tertarik karena bahasa yang berbeda. Masuk ke Jim Thompson membayar tiket 150 bath, bila anak berusia dibawah 22 tahun tiketnya seharga 100bath, jadi jangan lupa untuk menunjukkan pasport. Untuk informasi lebih lanjut bisa buka website mereka.


Setelah dari Jim Thompson saya pergi ke daerah Siam dengan menaiki BTS. Transportasi di thailand banyak seperti di Indonesia, tetapi mereka mempunyai BTS dan MRT (berharap MRT di Jakarta cepat selesai). Beberapa tempat tujuan mudah dituju bile menggunakan MRT dan BTS, silahkan lihat Map BTS dan harganya. Untuk MRT silahkan lihat disini.

Di Siam saya cuman foto-foto aja di Siam Paragon hahaha, lalu saya berjalan kaki ke Erawan Shrine, sebenarnya saya pikir lokasinya dekat dengan Siam, ternyata saya salah memperkirakan hahaha. Jalannya lumayan bu hahaha, kalau tidak kuat silahkan naik grab, uber, taxi, BTS dan sbgainya. 


Erawan Shrine letaknya di tengah2 hotel Grand Hyatt, kui ini dibangun karena dalam masa pembuatan hotel tersebut ada saja kecelakaan, semenjak kuil ini dibangun pekerjaan mulus terus. Makanya kuil ini dipercaya dapat mengabulkan permohonan kita, bila permohonan kita terkabul, kita diharapkan untuk kembali lagi. Foto bunga-bunga kuning tersebut merupakan persembahan dari para pengunjung yang berdoa. Menemukan bunga itu gampang banget, pasti ditawarin pas dekat kuil tersebut. Tipsnya adalah silahkan menawar.




Setelah selesai berdoa, saya menaiki BTS Chitlom untuk menuju ke Asiatique. Menuju Asiatique menggunakan BTS tinggal turun ke BTS Saphan Taksin, saya rekomendasi untuk naik BTS karena lebih cepat sampai. Setelah sampai Saphan Taksin, ikutin petunjuk jalan dan sampai ke asiatique, ikutlah mengantri dibarisan yang panjang karena itu merupakan kapal gratis yang disediakan. BIla tidak mau mengantri panjang, silahkan naik kapal turis seharga 40bath (Rp.15.320,-).


Setelah asik melihat-lihat di Asiatique saya akhirnya pulang dengan menaiki grab yang superduper lama sampainya, maybe dia kena macet.

Perkiraan harga perorang:
- Grab hotel ke pratunam : Rp.6.800
- Sarapan di foodcourt platinum: Rp 21.000
- Minum : Rp 3.830
- Grab dari pratunam ke Jim Thompson : Rp. 9.200
- Jim Thompson : Rp. 57.450 (150btah)
- BTS National Stadium (Jim Thompson) - Siam: Rp 5.745 (15bath)
- BTS Chit Lom (Erawan Shrine) - BTS Saphan Taksin : Rp. 14.171 (37bath)
- Makan di Asiatique: Rp 57.450 (150bath)
- Grab Asiatique menuju hotel: Rp. 10.700
Total : Rp 186.346,-

Silahkan klik disini untuk melihat Part 1 dan Part 3

Rabu, 22 Februari 2017

Museum Mandiri


1.PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Museum Mandiri
Gedung Museum Bank Mandiri yang terletak di Jalan Lapangan Stasiun Nomor 1 Jakarta Barat, (Stationsplein 1 - Binnen Niuewpoortstraat) memiliki sejarah yang cukup panjang, hingga kini menjadi bangunan cagar budaya yang ramai dikunjungi masyarakat terkait sejarah serta koleksi perbankan tempo dulu.

Jika kita mengamati gedung megah itu, nuansa bangunan barat akan segera terlintas di benak. Bentuknya, terutama jika dilihat dari arah depan, memilik banyak kesamaan dengan bangunan lain di kawasan Kota Tua, seperti Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik dan sebagainya.

Wajar saja jika bangunan-bangunan itu memiliki kesamaan. Sebab, Gedung Museum Mandiri juga merupakan bangunan peninggalan masa Belanda. Dulunya, bangunan ini berada dalam satu taman yang menyatu dengan Stasiun Kereta Api Jakarta-Kota atau Beos (Bataviasche Oosterspoorweg Maatschap-pij).

Awalnya, bangunan itu merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Hindia Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij Batavia. Gedung putih berarsitektur Indisch gaya New Zakelijk ini merupakan kantor baru Factorij Batavia yang sebelumnya berlokasi di Kali Besar Oost 27 (Jl. Kali Besar Barat No. 27).

Bangunan menghadap ke Timur yang masih begitu mentereng ini diramu oleh arsitek NHM, J.J.J. de Bruyn bekerja sama dengan arsitek Belanda lainnya, A.P. Smits dan C. van de Linde yang keduanya bekerja pada biro arsitek Hulswit, Fermont and Ed. Cuipers.

Pemancangan tiang betonnya dimulai Juli 1929 dan kelar dibangun 1932 oleh biro konstuksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming Maatshappij). Gedung yang berdiri di atas lahan seluas 10.039 M2 ini, kemudian diresmikan pada tanggal 14 Januari 1933 oleh Cornelis Johannes Karel van Aalst, Presiden NHM ke-10 saat itu.

Arsitektur gedung berlantai empat seluas 21.509 M2 ini sebetulnya cenderung sederhana dengan bentuk simetris dan taman di tengahnya, memiliki main entrance tepat di tengah bagian depan bangunan. Ketinggian permukaan lantai dasarnya lebih tinggi dari jalan raya, sehingga kesan pada entrance-nya terasa anggun.

Lantai lobby, ruang rapat dan ruang direksinya memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca (glasmozaik-tegels), sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.

Sejalan dengan perkembangan politik-ekonomi saat itu, NHM yang merupakan bank asing milik Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 5 Desember 1960 yang kemudian dilebur ke dalam Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN). Riwayat gedung ini pun berubah menjadi Kantor BKTN Urusan Exim.

Pada era Bank Tunggal atau dikenal dengan masa “Bank Berjuang”, gedung ini pun menjadi bagian dari Kantor Pusat Bank Negara Indonesia (BNI) Unit II bidang Exim sejak 17 Agustus 1965 sampai lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) tanggal 31 Desember 1968. Penggunaan gedung ini sebagai Kantor Pusat Bank Exim berlangsung sampai tahun 1995 atau setelah Bank Exim pindah ke gedung Kantor Pusat yang baru di Jl. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta Selatan.

Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998 dan bergabungnya empat bank pemerintah, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri. Maka gedung warisan sejarah ini pun beralih menjadi salah satu aset Bank Mandiri.

Jika Anda tertarik untuk melihat koleksi lukisan dan foto-foto dokumentasi mengenai gedung ini, dari semenjak gedung ini belum dibangun, gedung ini dalam masa pembangunan, hingga gedung selesai dibangun, Anda bisa melihatnya di salah satu lorong gedung bagian belakang, atau dekat dengan ruang pertunjukan.
2.Metode Penelitian
Kami menggunakan metode penelitian kualitatif-interpretif dengan melakukan wawancara dengan seorang pengunujung bernama Tania.
AL : Selamat siang, ka tania. Baru pertama kali datang ke museum mandiri ?
T: Siang, iya ini pertama kalinya datang ke museum mandiri
AL: Bagaimana kesan pertama anda terhadap tempat ini ?
T : Tempatnya cukup tenang, karena saya pergi hari jumat mungkin jadi tidak terlalu banyak pengunjung
AL: Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan disini ?
T: Pelayanannya kurang memuaskan, ketika membayar tiket masuk Rp. 5.000, saya tidak diberikan tiket langsung dipersilahkan saja. Dan ketika melihat orang lain masuk tanpa keloket. Jadi untuk urusan tiket disini kurang bagus. Dan juga tidak ada petugas yang berjaga disana. Jadi saya hanya melihat satpam didepan, dan beberapa petugas di tempat loket depan.
AL: Bagaimana tentang kebersihan ?
T: Mungkin karena pegawainya juga kurang, menurut saya sangat kotor. Sampah bekas makanan berserakan dimeja. Koleksi-koleksi banyak yang berdebu, dan ada dibagian pojokan patung-patung yang kurang terawatt dan terkunci pintu jeruji besi seperti dipenjara. Jadi bikin merinding melihatnya.
AL: Menurut anda tempat ini strategis untuk dijangkau ?
T: kalau naik kendaraan umum seperti mikrolet bisa dibilang strategis, kita bisa berenti didepannya langsung. Naik transjakarta juga lumayan strategis, lewat penyebrangan dibawah, langsung bisa sampai didepan museum. Tetapi untuk naik kendaraan pribadi sangat sulit untuk mencari parkir.
AL: Apa anda ingin datang kembali ke Museum Mandiri ?
T: Tidak, karna menurut saya disini tidak ada apa-apa. Lantai kedua juga hanya dibuka sabtu minggu. Kalau sudah diperbagus, mungkin saya akan datang kesini lagi bersama teman-teman saya

3.Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian kami setelah mengunjungi museum mandiri adalah bahwa museum mandiri yang terletak di Jalan Lapangan stasiun No 1,Jakarta Barat ini merupakan salah satu dari gedung bersejarah yang ada di kawasan kota tua, museum mandiri ini terletak berdekatan dengan Museum Bank Indonesia. Ketika kami baru sampai di museum mandiri hal yang pertama kami lihat adalah bahwa museum Bank Mandiri memiliki gedung yang sangat luas. Ketika kami memasuki loket untuk membeli tiket di museum mandiri, kami terkejut bahwa museum mandiri tidak memiliki tiket yang diberikan kepada pengunjung tanda bahwa pengunjung sudah membayar, sehingga ketika kami datang dan membayar di loket sebesar Rp. 5.000 kami langsung di persilahkan untuk masuk ke dalam museum tersebut, hal yang membuat terkejut lagi adalah ketika kami melihat bahwa anak-anak sekolah langsung masuk begitu saja tanpa membayar terlebih dahulu di loket dan tidak di tegur oleh petugas disana.
Setelah itu kami mulai memasuki museum mandiri yang cukup luas tersebut, di dekat pajangan koleksi dari museum mandiri tersebut kami melihat banyak dari anak-anak sekolah yang makan dan bahkan membuang sampah sembarangan di sekitar museum tersebut. Penerangan yang di miliki oleh museum mandiri sendiri menurut kami kurang terang sehingga menyebabkan suasana yang agak suram.
Akhirnya kami berkeliling untuk melihat pajangan koleksi yang ada di museum mandiri, museum ini memiliki koleksi mulai dari mesin atm jaman dahulu yang memiliki bentuk yang besar dan juga mesin tik jaman dahulu dan mesin-mesin lain nya yang belum pernah kami lihat sebelum nya dan baik untuk menambah ilmu pengetahuan akan sejarah, hanya saja koleksi-koleksi ini kurang terawat, dengan mesin-mesin yang sudah berdebu dan mulai tampak kusam sehingga kurang menarik perhatian orang yang datang ke sana, kemudian tata letak dari koleksi-koleksi tersebut juga masih kurang tepat, kami melihat ada beberapa koleksi yang ditaruh di atas lantai dan letak satu koleksi dengan koleksi lain nya agak berjauhan dan kurang nya penunjuk jalan di dalam museum tersebut sehingga orang yang datang ke sana akan sedikit bingung dengan jalan yang agak berliku tersebut. Kemudian hasil penelitian kami yang lain saat datang ke sana adalah kurang nya penjagaan dari pihak penjaga museum terhadap barang-barang koleksi yang ada di museum mandiri tersebut, karena ketika kami datang ke sana ada beberapa anak sekolah yang memindahkan properti museum seperti patung sesuka nya hanya untuk foto dan tidak menaruh patung tersebut kembali ke tempat semulanya. Penjelasan mengenai barang-barang koleksi tersebut juga belum semuanya ada, sehingga kami merasa bingung ketika melihat mesin tik yang tidak di jelaskan fungsi nya atau pun dari tahun berapa.
Toko souvenir yang ada di museum tersebut juga terletak agak ujung dari museum mandiri sehingga orang kurang bisa melihat toko tersebut.
4.Implikasi Teori
Letak museum mandiri cukup strategis, tetapi kurang tempat untuk lahan parkir, karna masih agak jauh berjalan kaki dari museum fatahillah. Dan juga lebih baik bila museum mandiri mulai menggunakan AC dan mengatur pencahayaan supaya pengujung nyaman ketika melihat-lihat koleksi museum seperti di museum Bank Indonesia. Karna banyak orang tidak ingin ke museum mandiri karena suasananya tidak nyaman dan terkesan angker.
Mulai membuat melakukan pemasaran, karena setelah dicek melalui internet dan kunjungan langsung ke Museum Mandiri, mereka tidak melakukan pemasaran untuk sejauh ini. Karna mereka tidak mempunyai website ataupun sosial media yang dapat diakses oleh orang banyak. Sosial media untuk sekarang ini sangat berguna karena masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi. Untuk orang diluar kota atau turis mancanegara jadi sulit untuk mengetahui informasi tentang museum mandiri karna mereka tidak tahu darimana dapat mengakses informasi tentang museum mandiri. Seperti Natural History Museum Los Angeles County, Muzium Negara dan Museum Bank Indonesia yang membuat website dan juga sosial media untuk memberitahukan kapan mereka buka dan tutup dan meberitahukan fasilitas yang ada. Walaupun Natural History Museum lebih lengkap untuk sosial media, mereka menggunakan instagram dan juga pinterest. Menurut kami Museum Mandiri lebih baik mebuka website dan sosial media facebook dan juga Instagram yang banyak dimintai oleh masyarakat banyak. Karena lewat instagram museum mandiri dapat memperlihatkan museum mandiri lewat foto dan juga facebook karena lebih mudah memberikan informasi, dibandingkan twitter yang hanya bisa 140 kata.

Mulai membuat acara-acara dan mepromosikan lewat sosial media, internet, dan poster. Karena bila menggunaka poster yang menarik dapat membuat orang penasaran dan mencari tahu lebih lanjut. Tidak benar bila ada yang mengatakan menggunakan poster sudah tidak efektif.. Contoh Poster :

Liburan ke Bangkok 4D3N Part 1

Setelah menyelesaikan skripsi yang membuat hati dan otak capek ☹, saya berencana untuk pergi kebangkok bersama keluarga. Perjalanan ini sudah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya ketika melihat promo airasia PP1,4jt. Buat saya yang pertama kali baru pergi keluar negri harga ini lumayan mahal, tetapi ketika dengar orang lain cerita harga yang saya dapatkan sangatlah murah, hahaha.



TIPS!
Bila ingin berangkat keluar negri, pilih penerbangan paling pagi, disini saya pilih penerbangan jam 2 siang karena saudara saya gak mau bangun pagi2, dan akhirnya delay hingga 2 jam belom pesawatnya lepas landas, hingga akhirnya kami sampai jam 9 malam. Yuhuuuu...

Setelah sampai di bandara, saya langsung membeli kartu SIM thailand, harganya 70rb (299Bath kalau tidak salah) unlimited untuk 7 hari. Nanti kartunya yang aktifin orang counternya jadi kita tinggal tunggu saja. Setelah membeli kartu, saya langsung menuju keluar untuk menaiki bus A2 dengan rute ke Victory Monument. Arah Bus A1 dan A2 disebelah kiri setelah kita keluar dari bandara, bila bingung silahkan tanya petugas disana. Bus A1 rute ke mo chit, bus A2 rute ke Victory monumet dengan harga jauh dekat 30Bath, murah? sangat. Sangat direkomen banget naik bus ini, pembayaran dilakukan didalam bus. Nanti ada ibu2 yang meminta uang dan kita diberikan tiket.


Petugas di dalam bus A2
Setelah sampai dihotel, langsung buru-buru taro koper dan cari makan. Saya menginap di The motley house, lokasinya sangat strategis menurut saya. Dekat dengan BTS, MRT, 711, Victory Monument, dan jalur bus A2 dari bandara Don Muang. Kalau mau naik Grab or Uber lokasinya strategis karena di jalan raya. Harganya murah hanya 1,4jtan untuk 4D3N. Bukan mau promosi yah tapi saya senang banget di hostel ini, kalau ke bangkok lagi saya ingin menginap disini lagi. Yang mau lihat review hotelnya bisa cek di tripadvisor atau Agoda, bisa juga buka website mereka di themotleyhouse.

Karena sampainya sudah kemalaman, akhirnya susah nyari makanan. Ada tempat makan steak dekat dengan penginapan, tapi ramenya bukan maen. Ada tempat makan all you can eat tapi udah kemaleman jadi ogah makan kenyang2, jadinya kami makan makanan yang gak tau namanya apa hahaha. Yang pasti itu kaya kwetiau, seporsi 50bath ada yang menggunakan daging babi dan ada yang sapi. Air minum disana harganya 10bath, yah sama seperti di Indonesia. Untuk review beberapa makanan bisa cek di Makan Kenyang. Rekomendasi bila dipenginapan tidak disediakan air yang cukup silahkan beli air galon karena lebih murah dan isi ke botol-botol yang akan dibawa pergi. Perjalanan hari pertama selesai disini.


Ades di Thailand



Perkiraan harga perorang:
- Tiket pesawat Airasia PP : Rp1.400.000 (kurang lebih belum termasuk bagasi)
- Bus A2 : 30 bath (Rp. 11.490,-)
- Makan : 50 bath ( Rp. 19.150,-)
- Minum: 10 bath ( Rp. 3830,-)
- Penginapan 4D3N: Rp. 363.607,-
Total: Rp. 1.798.077,-

Silahkan klik disini untuk melihat Part 2 dan Part 3

Sabtu, 08 November 2014

Suwito Wo come to FIKom Untar

Oranye Fikom Untar mengundang Suwito Wu, Asisten Produser DAAI TV sebagai salah satu pembicara pada acara Diksar Oranye periode 2014/2015 pada Sabtu, 27 September 2014. Acara bertempat di ruang 1106B FIKom, kampus 1 Untar.


Suwito Wu mengangkat tema “Menjadi Jurnalis, Menjadi Inspirasi” dalam diksar Oranye 2014, Suwito Wu yang juga pendiri Oranye berbagi cerita dan pengalamannya selama bekerja di divisi humanitarian DAAI TV. Dimana ia belajar untuk bekerja lebih dari sekadar jurnalis yang memenuhi hak atas informasi, tetapi juga menjadi jurnalis yang bisa melalui liputannya menginspirasi hidup penontonnya.

Salah satu kunci menjadi jurnalis yang inspiratif menurutnya, “perlu mendengar dengan mata dan melihat dengan telinga.” Contohnya ketika ia menampilkan video perjalanan seorang perempuan di Tiongkok yang menempuh jarak ribuan mil untuk mengambil air. Hanya melalui tayangan ia memanggul air mendaki perbukitan sambil terengah-engah saja, murni tanpa dialog, kita bisa mengerti betapa melelahkan perjuangannya. “Jadilah jurnalisme yang bisa mengolah rasa,” tegas Suwito.

Oranye mengharapkan dengan diangkatnya tema “Menjadi Jurnalis, Menjadi Inspirasi” yang dibawakan oleh Suwito Wu dapat memberikan bekal kepada para peserta untuk menjadi jurnalis yang menginspirasi di Indonesia.


Source: oranye FIKom Untar
PRO (Public Relation Organization), lembaga bakat dan minat public relation di Fikom Untar kembali mengadakan seminar umum pada Jumat (26/9) pukul 11.00 WIB sampai 13.00 WIB. Mengusung tema "How To Be A Communicative Person", PRO mengundang Andi Otniel selaku pembicara. Andi Otniel dikenal sebagai seorang pembawa acara multi talenta. Andy Otniel juga berprofesi sebagai presenter dan agamis (youth pastor).


Menjadi Public Speaker menurut Andy, yang saat ini menjadi Brand Ambassador Mitsubishi, menjadikannya ujung tombak penyampai visi, misi dan tujuan instansi tempat ia bekerja pun bagi dirinya pribadi.


Pria yang pernah berbicara di depan 4000-an anak-anak muda di Kalimantan Timur ini juga menuturkan bahwa dengan menjadi seorang PR, ada euphoria tersendiri ketika bisa melihat respon positif dari pendengarnya. Andi bersyukur, sejauh ini dirinya belum pernah mendapatkan respon negatif dari audience.

Acara yang diselenggarakan di Ruang 1106 A dan B, Gedung Utama, Kampus 1 Universitas Tarumanagara ini membahas bagaimana anak-anak muda, terutama mahasiswa-mahasiswi ilmu komunikasi diharapkan berani menantang diri untuk bisa menjadi seorang public speaker yang baik.


“Jangan pernah melihat kelemahan itu sebagai suatu titik nadir di dalam kehidupan. Tapi jadikan itu sebagai suatu titik keunikan yang akan menjadi awal kebangkitan dan kekuatan kita mengalahkan orang-orang disekitar kita,” terang Andy Otniel. Ia juga berpesan kepada mahasiswa Fikom Untar untuk mengalahkan orang-orang disekililing, dalam arti bukan mengorbankan mereka tetapi bersaing secara positif dan benar.


Andy yang sudah memulai karirnya sebagai public speaker diusia 15 tahun ini juga berpesan, ”satu-satunya tolok ukur dan tanggung jawab besar dan juga harapan besar bagi bangkitnya negara kita itu di tangan kalian (para mahasiswa).”


”Nothing perfect in this world, nobody’s perfect in this life, but you can be perfect if you’re living in God,” tutup Andy dalam sesi wawancaranya.

Rakerma FIKom Untar Tahun 2014




Rapat kerja mahasiswa (rakerma) 2014 diadakan pada 19 sampai 21 September 2014. Bertempat di Kampus IV Universitas Tarumanagara, Lippo Karawaci, Tangerang, rapat ini dihadiri oleh BEM, DPM, dan LBM yang terdiri dari Creadzy, I-focus dan Oranye. Rapat ini diadakan dengan tujuan untuk untuk mengesahkan AD (anggaran dasar) dan ART (anggaran rumah tangga) Fikom Untar. Dimana program kerja (proker) BEM, DPM, dan LBM, serta pembagian dana didiskusikan secara seksama.

Mengusung tema “Persatuan Keluarga Demokrasi”, rapat yang berlangsung meninggalkan banyak kesan bagi para peserta. Selain itu, para Maba (mahasiswa baru) mengakui banyak manfaat yang diperoleh dalam berpartisipasi di rakerma ini.